Penting, Menanam Pohon Atasi Perubahan Iklim
INILAHCOM, Jakarta - Sustainable Development Goals (SDGs) canangan Perserikatan Bangsa Bangsa periode 2015-2030, kelanjutan Millenium Development Goals (SDGs) yang berakhir 2015. Salah satu target SDGs tentang Perubahan Iklim (Climate Change) mengamanatkan mengambil tindakan memerangi perubahan iklim dan dampaknya. Itu sangat sesuai menjelang hari menanam pohon Indonesia 2015.
Berdasarkan keterangan tertulis, Sabtu (07/11/2015), berbagai penelitian para ahli selama beberapa dekade terakhir menunjukkan hari demi hari bumi semakin panas akibat pemanasan global.
"Kontributor terbesar pemanasan global salah satunya adalah rusaknya hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2. Pohon-pohon yang mati melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer. Pemanasan global adalah dampak dari revolusi industri. Bila pemanasan global terus tidak terkendali, akibat yang dirasakan Indonesia adalah tenggelamnya pulau-pulau di Indonesia," ujar pakar hukum lingkungan Universitas Airlangga Suparto Wijoyo.
Ia menambahkan bahwa dampak nyata pemanasan global terasakan di seluruh wilayah Indonesia, khususnya pulau Jawa yang penduduknya paling padat diantara wilayah pulau-pulau Nusantara lainnya.
"Pantai Utara Pulau Jawa (Pantura) selama ini dikenal sebagai kawasan yang memiliki suhu paling panas. Penyebab teriknya matahari di kawasan ini antara lain tingginya gas karbon dari kendaraan bermotor yang setiap hari melintas. Selain itu berkurangnya pohon-pohon yang berfungsi sebagai penyerap bahan pencemar udara," jelas Suparto.
Dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Endes N Dahlan menambahkan sangat perlu banyak pohon yang berfungsi penyerap dan penjerap bahan pencemar dan debu di udara dari kendaraan bermotor.
"Selain sebagai peneduh, pohon yang ditanam sebagai penghijauan seyogyanya juga mempertimbangkan fungsinya yang lain, yakni memperbaiki iklim mikro serta berfungsi sebagai penahan terhadap penyebaran polusi udara dari kendaraan," ungkap Endes.
Namun, ia menyatakan semakin berkurangnya jumlah pohon yang memiliki banyak fungsi kelestarian lingkungan belum banyak sebagian besar masyarakat sadari. Alih-alih memiliki kesadaran menanam kembali pohon, ia bilang justru semakin mengurangi populasi pohon yang dampaknya sangat merugikan tidak hanya bagi manusia, tapi juga bagi makhluk hidup lainnya.
Menyadari perlunya sedikit paksaan kepada masyarakat untuk menanam pohon, papar dia, terbitlah Keputusan Presiden Indonesia No.24 Tahun 2008 tentang Hari Menanam Pohon Indonesia dan kegiatan (HMPI) tersebut diperingati setiap 28 November. Hal tersebut merupakan salah satu upaya mengantisipasi perubahan iklim global, degradasi dan deforestasi hutan dan lahan, serta kerusakan lingkungan lainnya yang mengakibatkan penurunan produktivitas alam dan kelestarian lingkungan, sesuai dengan goal 13 Sustainable Development Goals (SDGs).
Berita sebelumnya, Djarum Foundation melalui program Djarum Trees for Life mempunyai beberapa program penghijauan dan pencegahan erosi lahan hijau yang ada di Indonesia. Salah satunya, kegiatan Menanam Trembesi 1.350 KM Merak – Banyuwangi sejak tahun 2010. Hingga pertengahan 2015, Djarum Trees For Life berhasil menanam 36.763 pohon trembesi, di sepanjang 1.260 km jalur Pantura mulai dari Merak, Banten hingga Situbondo, Jawa Timur.
Pohon trembesi mampu menyerap 1 juta ton gas CO2 setiap tahunnya dan selaras dengan tujuan SDGs, yakni memperkuat ketahanan dan kapasitas adaptasi bahaya terkait iklim serta bencana alam. 17 Desember 2015, Menanam Trembesi 1.350 KM Merak-Banyuwangi akan mencapai puncaknya di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. [aji]
Read More : Penting, Menanam Pohon Atasi Perubahan Iklim.
0 komentar:
Posting Komentar